brebesnews24.com
BREBES | – Di balik hamparan sawah yang hijau dan jalan-jalan desa yang tenang, Kabupaten Brebes menyimpan keresahan yang membara. Antara Gaya hidup yang “Dipaksakan” dan ketimpangan Sosial yang semakin mengangga, Pencurian sepeda motor atau aksi Curanmor semakin “Mengila” dan tak lagi jadi berita mengejutkan.
Hampir setiap pekan, satu-dua warga kehilangan kendaraan kesayangan mereka. Namun yang paling mencengangkan, bukan hanya motornya yang hilang, namun rasa rasa aman pun perlahan ikut lenyap.
Beberapa waktu lalu, seorang pria tewas dihakimi massa setelah tertangkap mencuri motor. Bukan pertama kalinya.
Fenomena ini menunjukkan lebih dari sekadar kriminalitas: ada akumulasi kemarahan, ketidakberdayaan dan kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap hukum.
Mengapa Pencurian Motor Mulai Marak di kabupaten Brebes..?
Kasus pencurian motor yang kian merajalela bukan hanya soal keberanian pelaku, tapi lebih pada sistem sosial yang rapuh.
Tekanan ekonomi menjadi faktor utama. Banyak pelaku berasal dari kalangan yang terpinggirkan, baik karena pengangguran maupun gaya hidup yang dipaksakan.
Dalam situasi tanpa pilihan, mencuri dianggap sebagai “jalan cepat” meski risikonya besar.
Ditambah lagi dengan minimnya keamanan. Masih banyak warga yang meninggalkan motor tanpa kunci pengaman tambahan, parkir sembarangan, atau bahkan memarkir motor dalam kondisi kontak tergantung. Situasi ini menjadi “pesta gratis” bagi para pencuri.
Sindikat Terorganisir dan Lingkaran Setan Kejahatan
Yang lebih mengkhawatirkan, pencurian motor di Brebes tak selalu dilakukan oleh pelaku tunggal. Bahkan sindikat terorganisir yang datang dari wilayah di luar kabupaten Brebes, “Miris” Namun sepertinya brebes Sudah menjadi wilayah “transit” dari pelaku kejahatan pencurian motor,
Banyak kasus mengarah pada keterlibatan sindikat terorganisir. Dari pencuri di lapangan, joki pemindah barang, hingga penadah yang menyulap motor curian menjadi “legal”. Satu pelaku tertangkap, sepuluh lainnya bergerak bebas.
Belum lagi keterkaitan dengan ketergantungan narkoba. Peredaran obat daftar “G” Beberapa pelaku mengaku mencuri demi membiayai kecanduan. Artinya, masalah ini berlapis dan saling terkait.
Kemarahan Warga
Aksi main hakim sendiri menjadi bukti bahwa masyarakat sudah terlalu lelah. Warga yang menangkap pencuri tak lagi memilih jalur hukum, tapi langsung menghakimi.
Bukan sekadar emosional, tindakan ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa “sendirian” dalam menjaga keamanan lingkungannya.
Namun, kekerasan bukan solusi. Tindakan ini melanggar hukum dan bisa memicu dendam serta kekacauan sosial yang lebih besar. Di sinilah peran negara seharusnya hadir dengan kuat.
Apa Solusinya?
Masalah ini tak bisa diatasi dengan satu pendekatan. Diperlukan kolaborasi serius antara warga, aparat, dan pemerintah:
Revitalisasi Keamanan Swadaya: Menghidupkan kembali ronda malam, pasang CCTV, edukasi pentingnya kunci ganda.
Diharapkan agar Intelijen TNI – POLRI : Perluas patroli dan bongkar sindikat hingga ke akar, bukan hanya tangkap pelaku kecil.
Pemberdayaan Ekonomi: Ciptakan lapangan kerja dan program pemberdayaan agar warga tak tergoda pada kriminalitas.
Penegakan Hukum Tegas: Hukuman harus menimbulkan efek jera, Pendidikan Hukum Masyarakat: Edukasi warga bahwa kekerasan bukan solusi, dan keadilan harus ditegakkan oleh negara.
Brebes hari ini menghadapi ujian berat. Jika rasa aman hilang, masyarakat terpaksa mengambil alih peran penegak hukum. Tapi masa depan yang damai hanya mungkin terwujud jika keadilan dan kesejahteraan berjalan beriringan.
Karena kehilangan motor mungkin bisa diganti, tapi kehilangan rasa aman? Akibat ketimpangan Sosial, itu jauh lebih meresahkan…! (BN24)